Pengalaman saya mengajar OBIEE
Dalam jenjang waktu setahun masa kerja saya di Hitachi Consulting, saya telah dua kali mengajar OBIEE di kelas. Training pertama diselenggarakan sewaktu bekerja di proyek untuk Anchor Trust (http://www.anchor.org.uk). Perusahaan charity (mungkin bentuknya seperti yayasan) yg menyediakan Home Care (pondok jompo) buat para manula ini bermaksud mengganti Business Performance Monitoring mereka dengan OBIEE. Saya bertindak sebagai OBIEE consultant yg bertugas untuk membangun dashboards, reports dan KPI. Sebagai bagian dari knowledge transfer saya diharuskan melakukan pelatihan penggunaan OBIEE secara umum dan cara memelihara BPM yg kita bangun.
Jumlah peserta ada 6 orang. Tidak ada diantara mereka yg punya pengalaman menggunakan OBIEE, tetapi 3 diantara mereka adalah staff IT yg sangat 'techie' dan berpengalaman menggunakan dan memelihara system lama perusahaan ini. Mereka dapat dgn mudah menyerap segi-segi technical dari pelatihan seperti misalnya OBIEE architecture, RPD dan Web Catalog. Bahkan dengan mudahnya mereka mengerjakan workshop materials dengan bantuan yg minimal. Tiga peserta lainnya bisa dibilang 'report developers' yg pekerjaan sehari-hari mereka adalah menyiapkan reports buat pihak manajemen. Mereka termasuk peserta yg harus terus dituntun untuk dapat menyelesaikan hands-on materials-nya.
Pengalaman kedua mengajar OBIEE adalah ketika saya bekerja di proyeck untuk Hitachi Capital (http://www.hitachicapital.co.uk). Perusahaan finansial terdiri dari 4 business unit. Mereka bermaksud mengganti Data Warehouse mereka yg berdiri sendiri di business unit masing-masing dengan Enterprise Data Warehouse, satu data warehouse yg mencakup semua business unit. Ini merupakan kasus umum gagalnya data warehouse yg dibangung di masing-masing departemen yg kemudian tidak bisa digunakan untuk menganalisis perusahaan induk karena dimensi dari masing-masing data warehouse tersebut tidak beragam (unconformed dimensions).
Training ini sedikit unik karena kemampuan IT mereka yg beragam. Beberapa peserta telah menggunakan OBIEE versi 10g sebelumnya, beberapa yg lain tidak pernah sekalipun menggunakan report development tool dan satu peserta adalah Head of Finance yg sebelumnya pernah menggunakan QlikView (salah satu leader di data discovery tools versi Gartner),
Karena kemampuan peserta yg beragam tersebut, training yg kedua ini mempunyai tantangan yg menarik. Saya tidak mungkin terlalu teknis dan juga tidak bisa menyampaikan materinya secara high level.
Beberapa points yg saya dapatkan dalam dua pelatihan tersebut:
1. Sebisa mungkin syaratkan peserta untuk mendapatkan basic skill sehingga mudah untuk semua peserta mengikuti materi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan materi awal (per-work) dan pastikan peserta mengerjakan materi tersebut.
2. Sisihkan banyak waktu untuk mengerjakan hands-on material dan minimalkan presentasi dan penjelasan. Belajar sambil mengerjakn adalah langkah yg lebih baik.
3. Pastikan environment bekerja dengan baik dengan mencobanya sebelum pelaksanaan pelaihan.
Jumlah peserta ada 6 orang. Tidak ada diantara mereka yg punya pengalaman menggunakan OBIEE, tetapi 3 diantara mereka adalah staff IT yg sangat 'techie' dan berpengalaman menggunakan dan memelihara system lama perusahaan ini. Mereka dapat dgn mudah menyerap segi-segi technical dari pelatihan seperti misalnya OBIEE architecture, RPD dan Web Catalog. Bahkan dengan mudahnya mereka mengerjakan workshop materials dengan bantuan yg minimal. Tiga peserta lainnya bisa dibilang 'report developers' yg pekerjaan sehari-hari mereka adalah menyiapkan reports buat pihak manajemen. Mereka termasuk peserta yg harus terus dituntun untuk dapat menyelesaikan hands-on materials-nya.
Pengalaman kedua mengajar OBIEE adalah ketika saya bekerja di proyeck untuk Hitachi Capital (http://www.hitachicapital.co.uk). Perusahaan finansial terdiri dari 4 business unit. Mereka bermaksud mengganti Data Warehouse mereka yg berdiri sendiri di business unit masing-masing dengan Enterprise Data Warehouse, satu data warehouse yg mencakup semua business unit. Ini merupakan kasus umum gagalnya data warehouse yg dibangung di masing-masing departemen yg kemudian tidak bisa digunakan untuk menganalisis perusahaan induk karena dimensi dari masing-masing data warehouse tersebut tidak beragam (unconformed dimensions).
Training ini sedikit unik karena kemampuan IT mereka yg beragam. Beberapa peserta telah menggunakan OBIEE versi 10g sebelumnya, beberapa yg lain tidak pernah sekalipun menggunakan report development tool dan satu peserta adalah Head of Finance yg sebelumnya pernah menggunakan QlikView (salah satu leader di data discovery tools versi Gartner),
Karena kemampuan peserta yg beragam tersebut, training yg kedua ini mempunyai tantangan yg menarik. Saya tidak mungkin terlalu teknis dan juga tidak bisa menyampaikan materinya secara high level.
Beberapa points yg saya dapatkan dalam dua pelatihan tersebut:
1. Sebisa mungkin syaratkan peserta untuk mendapatkan basic skill sehingga mudah untuk semua peserta mengikuti materi. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan materi awal (per-work) dan pastikan peserta mengerjakan materi tersebut.
2. Sisihkan banyak waktu untuk mengerjakan hands-on material dan minimalkan presentasi dan penjelasan. Belajar sambil mengerjakn adalah langkah yg lebih baik.
3. Pastikan environment bekerja dengan baik dengan mencobanya sebelum pelaksanaan pelaihan.
Comments
Post a Comment